Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, kembali mendatangi Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo pada Minggu (13/2/2022). Tanpa pengawalan dari aparat kepolisian, Ganjar datang ke Desa Wadas untuk menyampaikan permintaan maaf pada warga terkait kisruh pengukuran tambang lahan di Desa Wadas pada Selasa (8/2/2022) lalu. Kedatangan Ganjar ini disambut ratusan warga Wadas.
“Saya minta maaf kepada Bapak dan Ibu atas peristiwa yang terjadi. Makanya, saya datang ke sini secara langsung." "Saya ke sini ingin mendengar langsung dari masyarakat mengenai persoalan yang ada,” ujar Ganjar dalam siaran pers yang diterima Kompas.com , Minggu. Dalam kesempatan tersebut, Ganjar juga mendengarkan langsung keluhan warga terkait penangkapan yang mereka alami.
Seorang warga bernama Ana, mengisahkan ia dan sang suami ditangkap polisi saat konflik terjadi. Padahal, kala itu, Ana sedang berada di desa dan suaminya dalam perjalanan menuju Purworejo. Sementara itu, warga lainnya bernama Waliyah, mengaku masih merasa ketakutan dan trauma atas peristiwa tersebut.
Ia menyebut suaminya ditangkap aparat kepolisian tanpa tahu masalah yang terjadi. “Sekarang di rumah dan kalau lihat polisi atau pria asing berbaju hitam jadi ketakutan." "Setiap hari mengurung diri di rumah, pintu selalu dikunci. Anak anak juga trauma,” kisahnya.
Mendengar keluhan dari para warga, Ganjar pun berjanji akan menindaklanjuti peristiwa tersebut lewat tiga hal. Yakni, akan melakukan evaluasi teknis, metode pendekatan, dan menelusuri apa yang selama ini menjadi polemik, termasuk pro dan/atau kontra di masyarakat. Mengenai permintaan warga untuk mencabut izin lokasi penambangan, Ganjar mengatakan akan membicarakannya secara teknis.
“Evaluasi teknis akan kami lakukan. Semua opsi masih ada peluang, makanya kita bicarakan," tutupnya. Sebelumnya, Ganjar juga mendatangi langsung Desa Wadas pada Rabu (9/2/2022), sehari setelah konflik terjadi. Dalam kunjungannya itu, Ganjar berpesan agar warga tetap rukun, meski ada yang pro dan kontra terhadap proyek pembangunan Bendungan Bener.
Ia memastikan pihaknya akan kembali mengajak berkomunikasi pihak yang belum setuju. "Yang penting rukun ya. Ada yang setuju, ada yang tidak setuju, tidak apa apa. Yang penting rukun," kata Ganjar, dilansir . "Kenapa? agar persaudaraanya nanti tidak gontok gontokan. Saling menghormati, saling menghargai."
"Nanti yang belum setuju, kita ajak ngobrol lagi," tambahnya. Lewat kesempatan itu, Ganjar juga menyampaikan permintaan maaf terkait konflik yang terjadi. "Sekali lagi saya sampaikan permohonan maaf karena kejadian kemarin," ungkap Ganjar.
"Memang masih ada warga yang tidak setuju dengan pengambilan quarry untuk Bendungan Bener." "Nanti kita ajak ngobrol semuanya, bersama Komnas HAM juga ya," jelasnya. Bendungan Bener menjadi akar permasalahan yang terjadi di Desa Wadas.
Para warga yang melakukan penolakan pembebasan lahan ditangkap oleh aparat. Mereka yang ditangkap, menolak lahannya dibebaskan untuk penambangan batu andesit. Luas tanah yang akan dibebaskan mencapai 124 hektar.
Warga Desa Wadas yang menolak khawatir, penambangan galian C di desanya akan merusak sumber mata air dan sawah. Pasalnya, sebagian besar mata pencaharian mereka adalah petani. Mereka menganggap lahan tersebut adalah sumber kehidupan mereka.
Ketika ditambang artinya menghilangkan penghidupan Wadas yang berada di kawasan perbukitan Manoreh tersebut. Sebagai informasi, Bendungan Bener merupakan satu di antara proyek strategis nasional (PSN) di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Investasi total untuk proyek pembangunan Bendungan Bener sebanyak Rp 2,060 triliun dan bersumber dari APBN.
Penanggung jawab proyek pembangunan Bendungan Bener adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Konstruksi pembangunan Bendungan Bener dimulai pada 2018 dan rencananya akan mulai beroperasi pada 2023. Sumber air Bendungan Bener berasal dari Sungai Bogowonto yang merupakan salah satu sungai terbesar di Jawa Tengah.
Mengutip kppip.go.id , Bendungan Bener rencananya akan memiliki kapasitas sebesar 100.94M³. Diharapkan, Bendungan Bener dapat mengairi lahan seluas 15069 Ha, mengurangi debit banjir sebesar 210 M³/detik, menyediakan pasokan air baku sebesar 1,60 M³/detik, dan menghasilkan listrik sebesar 6,00 MW. Sementara itu, dikutip dari sda.pu.go.id , pembangunan Bendungan Bener disebut akan memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat.
Hal ini dikatakan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak, Dwi Purwantoro. Sejumlah manfaat di antaranyaa mengurangi potensi banjir di Purworejo dan Kulonprogo dengan nilai reduksi banjir 8,73 juta m³ serta potensi pengembangan pariwisata yang dapat meningkatkan perekonomian setempat. Terkait pengambilan material quarry di Desa Wadas, Dwi Purwantoro menjelaskan konsep pemanfaatan Wadas sangat berpihak pada kepentingan masyarakat setempat.
"Wadas akan digali material batunya untuk pembangunan Bendungan Bener dengan melalui proses pengadaan tanah terlebih dahulu." "Kemudian, masyarakat mendapat uang ganti kerugian dengan nilai yang melebihi harga pasaran." "Kegiatan ini juga mendatangkan lapangan pencaharian baru pada saat pelaksanaan pengambilan material quarry," katanya.