Rusia telah meningkatkan serangan di kota kota utama Ukraina. Serangan semakin diperluas ketika Presiden Zelensky meminta lebih banyak bantuan internasional. Sedangkan pembicaraan putaran kedua antara Ukraina dan Rusia akan berlangsung.
Pengadilan Kriminal Internasional mengatakan akan memulai penyelidikan aktif setelah invasi Rusia ke Ukraina. Diperkirakan satu juta pengungsi telah meninggalkan Ukraina hanya dalam seminggu, menurut PBB. Hingga kini tidak jelas berapa banyak warga sipil Ukraina yang terbunuh, dikutip dari .
Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan telah mengkonfirmasi kematian 227 warga sipil dan 525 luka luka selama konflik pada tengah malam pada 1 Maret. Sebagian besar korban disebabkan oleh "penggunaan senjata peledak dengan area dampak luas". PBB memperingatkan jumlah korban sebenarnya akan jauh lebih tinggi karena penundaan pelaporan.
Sedangkan Kementerian pertahanan Rusia mengatakan 498 tentara Rusia tewas dan 1.597 lainnya terluka sejak dimulainya invasi. Dikutip dari , hal ini pertama kali Moskow menyebutkan jumlah korbannya. Dikatakan lebih dari 2.870 tentara Ukraina dan "nasionalis" telah tewas, kantor berita Interfax melaporkan.
Ukraina mengatakan lebih dari 7.000 tentara Rusia telah tewas sejauh ini dan ratusan ditawan. Namun angka angka ini tidak dapat diverifikasi secara independen. Setelah gagal dengan cepat merebut kota kota besar dan menaklukkan militer Ukraina, para pejabat AS mengatakan, Rusia mungkin akan berusaha untuk mengepung kota kota, memotong pasokan dan rute pelarian, kemudian menyerang dengan kekuatan gabungan dari baju besi, pasukan darat dan insinyur.
Sedikitnya, ada 25 orang tewas akibat penembakan dan serangan udara di Kharkiv dalam 24 jam terakhir. Pavel Dorogoy (36), seorang fotografer yang tinggal di dekat pusat kota, mengatakan pasukan Rusia telah menargetkan gedung dewan, yang saat itu kosong, sebuah bursa telepon, dan sebuah menara televisi. "Rusia tidak bisa memasuki kota sehingga mereka hanya menyerang kita dari jauh," katanya.
Namun, Moskow membantah menargetkan warga sipil. Citra satelit baru dari daerah di Ukraina yang terkena serangan militer Rusia menunjukkan tingkat kerusakan dalam lima hari pertama invasi. Dikutip dari , gambar itu diambil pada 28 Februari oleh Maxar Technologies.
Gambar citra satelit itu menunjukkan rumah rumah yang terbakar di desa Rivnopillya di wilayah Chernhiv, sekitar 80 kilometer (sekitar 50 mil) utara ibukota, Kyiv. Sedangkan di Chernihiv, sebuah jembatan di seberang Sungai Stryzhen tampaknya telah hancur. Sementara itu, bangunan tempat tinggal dan pabrik di dekatnya tampaknya mengalami kerusakan.
Pengamatan lainnya, menunjukkan sebuah konvoi militer Rusia yang terlihat di jalan raya terdekat. Selain itu, juga ada sisa sisa kendaraan militer Rusia yang terbakar di daerah pemukiman di Bucha, sebuah kota di luar Kyiv. Pada hari Minggu (27/2/2022), para pejabat Ukraina mengklaim mereka telah menggagalkan kemajuan kolom Rusia di Bucha.
Sedangkan di Sukachi, sebuah kota kecil 70 kilometer (sekitar 43,5 mil) barat laut Kyiv, kawah besar terlihat di tengah jalan, dengan rumah rumah di dekatnya tampak rusak parah. Gambar gambar itu juga menangkap pemandangan kehidupan sehari hari di tengah perang di Chernihiv dan Kyiv, dengan puluhan orang berbaris di luar supermarket. Pada Rabu (2/3/2022) malam, Walikota Kherson, Igor Kolykhayev mengatakan pasukan Rusia berada di jalan jalan dan memaksa masuk ke gedung dewan kota.
Sebuah ledakan juga mengguncang stasiun kereta api Kyiv pada malam harinya, di mana ribuan wanita dan anak anak dievakuasi. Seorang penasihat kementerian dalam negeri mengatakan ledakan itu disebabkan oleh puing puing dari rudal jelajah Rusia yang jatuh, bukan serangan roket langsung. Tidak ada laporan segera tentang korban pada peristiwa itu.
“Penjajah (Rusia) ada di semua bagian kota dan sangat berbahaya,” Gennady Lakhuta, kepala pemerintahan regional, menulis di Telegram, seperti yang dilaporkan . Dikutip dari , Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" yang tidak dirancang untuk menduduki wilayah, namun untuk menghancurkan kemampuan militer tetangganya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai nasionalis berbahaya. Upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis sejauh ini gagal.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan Moskow masih mencari "demiliterisasi" Ukraina dan harus ada daftar senjata tertentu yang tidak akan pernah bisa dikerahkan di wilayah Ukraina. Selain itu, Moskow menentang tawaran Kyiv untuk bergabung dengan NATO. Delegasi Ukraina telah pergi untuk pembicaraan putaran kedua dengan pejabat Rusia mengenai gencatan senjata, setelah putaran pertama membuat sedikit kemajuan pada Senin (28/2/2022), menurut keterangan penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, mengatakan kepada Reuters.
Presiden Volodymyr Zelenskiy mengatakan Rusia harus menghentikan pengeboman jika ingin bernegosiasi.